Analisis Cemaran PM 2.5 di Pulau - Pulau Indonesia dan Penyebabnya Pada Kurun Waktu Tahun 1998 - 2018

 

Tujuan

Menyelidiki tren kenaikan cemaran PM2.5 (µg/m3) di wilayah Indonesia dari tahun ke tahun    menggunakan data AQLI (Air Quality Life Index)

Alat dan Bahan

 Laptop/komputer

Prosedur Kerja

  • Unduh      data       cemaran      PM2.5      di       Indonesia      dari       data       AQLI di     https://aqli.epic.uchicago.edu/country-spotlight/indonesia/
  • Kelompokkan data tersebut berdasar pulau-pulau utama atau wilayah di Indonesia.
  • Analisis data tersebut untuk menunjukkan laju kenaikan cemaran PM2.5 di wilayah Indonesia dari tahun ke tahun. 
  • Supaya pembahasan lebih mendalam, kalian bisa mencari data terkait populasi, industry ataupun berbagai aktivitas manusia lainnya di wilayah tersebut yang kiranya dapat mempengaruhi besaran dari nilai cemaran PM2.5.
  • Unggah hasil penyelidikan ini di media social kalian sehingga bisa mengedukasi kolega kalian.

 

Data Pengamatan

Wilayah

Cemaran PM2.5 (µg/m3) pada tahun

1998

1999

2000

2001

2002

2003

Sumatera

10,78144729

10,95210528

12,79618421

12,60375003

17,24473683

15,38342111

Jawa

14,35462187

15,08865546

16,13655467

17,33050423

18,49596634

17,36361349

Bali & Nusa

Tenggara

7,710499992

8,298166622

7,895999968

8,635166693

8,760000013

7,710500032

Kalimantan

10,66454548

9,90545454

8,743818204

12,40854546

31,52036361

13,60727279

Sulawesi

7,79382981

8,626382967

9,63212763

10,50904259

10,98351065

9,651383012

Papua

3,336250013

4,030749988

6,547

9,712500078

10,65575

9,943250023

Rerata Nasional

9,106865741

9,483585809

10,29194745

11,86658485

16,27672124

12,27657341

 

Wilayah

Cemaran PM2.5 (µg/m3) pada tahun

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Sumatera

17,1001974

17,06782895

24,0411843

15,55993419

15,06960531

17,12460527

Jawa

19,42151259

19,67084028

20,84831935

20,53999998

18,89134452

19,8621008

Bali & Nusa

Tenggara

9,278833343

8,19049996

8,998833343

9,35516666

8,610499973

10,01483336

Kalimantan

21,44618173

15,21199994

36,44945424

13,93345451

12,41745454

30,42581818

Sulawesi

11,4296809

10,28478721

11,72095746

11,88734043

11,31329783

12,98861702

Papua

12,97674998

10,29624999

12,12675007

11,019

11,53250008

12,73599999

Rerata Nasional

15,27552599

13,45370105

19,03091646

13,71581596

12,97245037

17,19199577

 

Wilayah

Cemaran PM2.5 (µg/m3) pada tahun

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Sumatera

14,33342105

17,29999999

17,76184206

17,11559216

22,74059209

27,3658552

Jawa

20,52025214

20,64932763

20,33117641

20,48773112

22,97226898

22,56310916

Bali & Nusa Tenggara

9,075999968

10,98583336

10,7913333

10,09233336

10,54416667

10,61950003

Kalimantan

11,4521818

15,06709097

17,494

14,02854543

26,78781836

37,0903636

Sulawesi

11,37361703

12,97585109

13,22797874

13,71031917

13,84478725

12,66648939

Papua

11,85174997

12,16974997

12,17775003

13,50325

15,19375008

14,50975004

Rerata Nasional

13,10120366

14,8579755

15,29734676

14,82296187

18,68056391

20,80251124

 

Wilayah

Cemaran PM2.5 (µg/m3) pada tahun

2016

2017

2018

Sumatera

15,30611842

13,70315783

14,94111841

Jawa

21,61966388

17,87067225

19,91201682

Bali & Nusa

Tenggara

9,431166653

8,830500027

8,987999998

Kalimantan

12,12109089

12,44945455

15,8061818

Sulawesi

11,73170208

11,76287238

11,05585107

Papua

10,96149997

13,06349996

11,42850001

Rerata Nasional

13,52854032

12,94669283

13,68861135


Analisis Data

 

PULAU SUMATERA :


 

Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Sumatera mengalami puncak tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar 27,3658552 µg/m3 dan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2016 yaitu dari 27,3658552 µg/m3 menjadi 15,30611842 µg/m3.

 

 

PULAU JAWA :

 

 


Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Jawa mengalami puncak tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 22,97226898 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2017 yaitu dari 21,61966388 µg/m3 menjadi 17,87067225 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Jawa cenderung lebih stabil jika dibandingkan dengan pulau Sumatera.

 

 PULAU BALI DAN NUSA TENGGARA :

 


Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami puncak tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,98583336 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2016 yaitu dari 10,61950003 µg/m3 menjadi 9,431166653 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Bali dan Nusa Tenggara cenderung lebih stabil seperti di pulau Jawa jika dibandingkan dengan pulau Sumatera.

 

PULAU KALIMANTAN :

 


Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Kalimantan mengalami puncak tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar 37,0903636 µg/m3 dan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2016 yaitu dari 37,0903636 µg/m3 menjadi 12,12109089 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Kalimantan cenderung mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat drastis jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua.

 

PULAU SULAWESI :

 


Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Sulawesi mengalami puncak tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 13,84478725 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2010 yaitu dari 12,98861702 µg/m3 menjadi 11,37361703 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Sulawesi cenderung lebih stabil seperti di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

 

PULAU PAPUA : 


Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Papua mengalami puncak tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 15,19375008 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2016 yaitu dari 14,50975004 µg/m3 menjadi 10,96149997 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Papua cenderung cukup stabil seperti di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, serta Sulawesi.

 

Penjelasan Ilmiah


  • PULAU SUMATERA

PM 2.5 merupakan salah satu partikulat yang berada di udara, partikulat ini memiliki ukuran 2.5 µm atau kurang. Partikulat ini cukup berbahaya jika terlalu banyak di udara, hal ini dapat menyebabkan penyakit pernafasan apabila terlalu banyak terhrup oleh manusia. Peningkatan penggunaan lahan, transportasi, dan konsumsi energi akan meningkatkan pencemaran udara yang nantinya akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Sumatera mengalami puncak tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar 27,3658552 µg/m3 dan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2016 yaitu dari 27,3658552 µg/m3 menjadi 15,30611842 µg/m3. BMKG telah membagi level polusi udara PM 2.5, dengan melihat data yang ada maka pulau Sumatera pada kurun waktu tahun 1998 – 2018 masuk ke dalam level sedang, dimana kisaran level sedang yaitu antara 16-65 µg/m3.

Kenaikan dan kelajuan cemaran PM 2.5 di pulau Sumatera ini disebabkan karena adanya aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor yang berbahan fosil, kebakaran hutan, dan sebagainya. Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab terjadinya oksidasi hidrokarbon, yang nantinya dapat menyebabkan peningkatan nilai PM 2.5 di udara.

 

  • PULAU JAWA

PM 2.5 adalah salah satu polutan udara yang berwujud partikel dengan ukuran sangat kecil, yaitu tidak lebih besar dari 2,5 µm (micrometer). Dengan sangat kecilnya ukuran tersebut, maka dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan dan juga dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan serta gangguan paru- paru. PM 2.5 juga dapat menembus jaringan peredaran darah dan akan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh, hal tersebut dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.

Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Jawa mengalami puncak tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 22,97226898 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2017 yaitu dari 21,61966388 µg/m3 menjadi 17,87067225 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Jawa cenderung lebih stabil jika dibandingkan dengan pulau Sumatera. BMKG telah membagi level polusi udara PM 2.5, dengan melihat data yang ada maka pulau Jawa pada kurun waktu tahun 1998 – 2018 masuk ke dalam level sedang, dimana kisaran level sedang yaitu antara 16-65 µg/m3.

Menurut analisis BMKG, konsentrasi PM 2.5 di pulau Jawa ini disebabkan oleh berbagai sumber emisi yang berasal dari sumber lokal seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional yaitu kawasan industri seperti di kota Jakarta. Emisi dalam kondisi tertentu dapat terakumulasi dan menyebabkan peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM 2.5. Selain itu, pergerakan polutan udara seperti PM 2.5 ini dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Angin yang membawa PM 2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi yang lainnya sehingga dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi PM 2.5. Peningkatan konsentrasi PM 2.5 ini juga disebabkan oleh tingginya kelembapan udara yang relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi atau perubahan wujud dari gas menjadi partikel.

  • PULAU BALI DAN NUSA TENGGARA

PM 2.5 merupakan partikel mikroskopis yang dihasilkan dari semua jenis pembakaran, termasuk kendaraan bermotor, pembangkit listrik, maupun seperti kegiatan industri. Partikel yang berbentuk kecil ini sangat berbahaya karena dengan mudahnya dapat terhirup dan juga masuk ke aliran darah manusia. Jika terpapar PM

2.5 dalam jangka panjang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut dan juga dapat menyebabkan kanker paru-paru. Partikulat 2.5 ini merupakan debu yang memiliki sifat beracun yang tidak menimbulkan gejala, tetapi jika berkumpul di saluran udara dapat menimbulkan stroke.

Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami puncak tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,98583336 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2016 yaitu dari 10,61950003 µg/m3 menjadi 9,431166653 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Bali dan Nusa Tenggara cenderung lebih stabil seperti di pulau Jawa jika dibandingkan dengan pulau Sumatera. BMKG telah membagi level polusi udara PM 2.5, dengan melihat data yang ada maka pulau Bali dan Nusa Tenggara pada kurun waktu tahun 1998 – 2018 masuk ke dalam level baik, dimana kisaran level baik yaitu antara 0-15 µg/m3. Secara umum, kualitas udara di Bali masih cukup baik. Menurut pantauan dari situs Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kualitas udara di pulau Bali masih masuk ke dalam kategori baik. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Denpasar mengatakan bahwa salah satu penyebab polusi udara di perkotaan yaitu gas pada buangan kendaraan.

  •  PULAU KALIMANTAN

Partikulat (PM 2.5) merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari

2.5 mikron. Ukurannya yang sangat kecil tersebut dapat diibaratkan seperti hanya 3 dari diameter rambut manusia. Greenpeace Indonesia mengatakan bahwa PM 2.5 ini dapat dengan mudah menembus masker hijau yang biasanya dipakai warga. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa PM 2.5 amat berbahaya bagi kesehatan terutama kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, ibu hamil, maupun lanjut usia.

Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Kalimantan mengalami puncak tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar 37,0903636 µg/m3 dan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2016 yaitu dari 37,0903636 µg/m3 menjadi 12,12109089 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Kalimantan cenderung mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat drastis jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua. BMKG telah membagi level polusi udara PM 2.5, dengan melihat data yang ada maka pulau Kalimantan pada kurun waktu tahun 1998 – 2018 masuk ke dalam level sedang, dimana kisaran level sedang yaitu antara 16-65 µg/m3.

Penyebab meningkatnya cemaran PM 2.5 di pulau Kalimantan disebabkan oleh adanya kebakaran hutan. Masker hijau yang biasa digunakan warga tidak mempan untuk melindungi saluran pernapasan dari kabut asap yang diakibatkan karena kebakaran hutan tersebut. Pada tahun 2016, kajian para ahli di Universitas Harvard dan Columbia yang diterbitkan di jurnal Environmental Research Letters menyebutkan bahwa kabut asap yang berasal dari pembakaran lahan dan hutan di Indonesia pada tahun sebelumnya mungkin telah menyebabkan 100.000 kematian prematur. Penyebab lain meningkatnya cemaran PM 2.5 di pulau Kalimantan yaitu akibat adanya penambangan batubara. Badan Energi Internasional mengungkapkan bahwa bahan bakar fosil batubara menyumbang 44 dari total emisi CO2 global. Batubara yang dibakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap memancarkan sejumlah polutan seperti NOX dan SO2 sebagai contributor utama dalam pembentukan hujan asam dan juga polusi PM 2.5.


  • PULAU SULAWESI

Partikulat udara yang memiliki ukuran kurang dari 2.5 µm disebut dengan partikulat halus. PM 2.5 ini sangat berbahaya karena dapat berpenetrasi menembus bagian terdalam paru-paru serta jantung. Partikulat ini juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya infeksi saluran pernapasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular bahsan sampai menyebabkan kematian. Partikulat halus ini diperkirakan memberi kontribusi besar pada angka kematian yang diakibatkan oleh gangguan kesehatan terkait pencemaran udara.

Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Sulawesi mengalami puncak tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 13,84478725 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2010 yaitu dari 12,98861702 µg/m3 menjadi 11,37361703 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Sulawesi cenderung lebih stabil seperti di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. BMKG telah membagi level polusi udara PM 2.5, dengan melihat data yang ada maka pulau Sulawesi pada kurun waktu tahun 1998 – 2018 masuk ke dalam level baik, dimana kisaran level baik yaitu antara 0-15 µg/m3. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh BMKG menunjukkan bahwa kualitas udara di pulau Sulawesi masih dalam ambang batas aman.

Kepala BMKG mengatakan bahwa dampak yang dapat ditimbulkan dengan melihat kondisi udara tersebut yaitu menyebabkan gangguan kesehatan jangka pendek. Dampak kesehatan jangka pendek untuk PM 2.5 yaitu dapat menimbulkan penyakit jantung, paru-paru, serta bronchitis. Penyebab utama dari peningkatan partikel udara atau polusi di pulau Sulawesi diantaranya yaitu gas buang kendaraan, pembakaran sampah, serta industri pertambangan. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh BMKG menunjukkan bahwa polusi udara dominan paling banyak disebabkan karena adanya gas buang kendaraan.

  

  • PULAU PAPUA

PM 2.5 merupakan partikulat yang sangat sulit untuk disaring oleh sistem pernapasan sehingga partikel ini akan langsung masuk ke bagian paru-paru manusia. Jika terpapar PM 2.5 secara terus menerus maka akan mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh PM 2.5 yaitu penyakit pada saluran pernapasan seperti sesak napas, batuk-batuk, asma, iritasi ditenggorokan, serta hidung.

Konsentrasi rata-rata cemaran PM2.5 di pulau Papua mengalami puncak tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 15,19375008 µg/m3 dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2016 yaitu dari 14,50975004 µg/m3 menjadi 10,96149997 µg/m3. Laju kenaikan dan penurunan cemaran PM2.5 di pulau Papua cenderung cukup stabil seperti di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, serta Sulawesi. BMKG telah membagi level polusi udara PM 2.5, dengan melihat data yang ada maka pulau Papua pada kurun waktu tahun 1998 – 2018 masuk ke dalam level baik, dimana kisaran level baik yaitu antara 0-15 µg/m3.

Penyebab meningkatnya cemaran PM 2.5 di pulau Papua disebabkan oleh adanya penambangan batu kapur. Batu kapur ini salah satunya terletak di pulau Papua. Kegiatan industri penambangan batu kapur akan menghasilkan particulate matter (PM 2.5). Hasil penelitian Megawati dkk (2019) tentang komposisi kimia batu kapur alam dari industri kapur diketahui dalam PM 2.5 ini juga terkandung berbagai jenis logam diantaranya Al, Cd, Pb. Logam tersebut jika terhirup dengan konsentrasi yang tinggi dan juga dalam waktu yang lama akan menyebabkan berbagai macam penyakit di tubuh manusia.

 

Kesimpulan

PM 2.5 merupakan suatu partikel yang berukuran kurang dari 2.5 µm atau disebut dengan partikel udara halus yang umumnya berasal dari polusi kendaraan bermotor, pembakaran biomassa, serta pembakaran hutan. Partikel ini diyakini dapat menimbulkan resiko kesehatan terbesar karena ukurannya yang sangat kecil sehingga partikel dapat masuk ke dalam paru-paru.

Menurut data pengamatan di atas, cemaran PM 2.5 di pulau-pulau yang berada di Indonesia pada kurun waktu tahun 1998 – 2018 cenderung masuk ke dalam level baik dan level sedang. Dimana kisaran level baik yaitu antara 0-15 µg/m3 (pulau Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua), sedangkan kisaran level sedang yaitu antara 16-65 µg/m3 (pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan).

Indonesia telah mengalami peningkatan konsentrasi PM 2.5 yang cukup drastis. Menurut AQLI, karena 80 dari populasi Indonesia yang berjumlah 250 juta terpapar ke konsentrasi PM 2.5 yang telah melebihi pedoman WHO. Negara Indonesia ini telah kehilangan tahun harapan hidup tertinggi kelima di dunia akibat dari adanya polusi partikulat. Orang Indonesia pada umumnya dapat hidup lebih lama sekitar 1,2 tahun jika polusi partikulat secara permanen dikurangi hingga sesuai dengan pedoman WHO.

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Konsentrasi Ozon di Stasiun Wilayah Indonesia dari Tahun 2008 - 2018

Penyebab Penipisan Lapisan Ozon